Batalnya Puasa Yang Diperselisihkan Ulama. Syaikh al islam ibnu taimiyyah telah membahas perselisihan para ulama dalam hal ini. Yang tampak puasanya tidak batal karena seorang hamba dalam hal itu berada di luar kehendaknya maksudnya sesuatu yang ada dalam lintasan pikiran yang tidak mungkin untuk ditolaknya.
Kifarat ini wajib hanya pada pria bukan pada wanitanya. Mengikut dr abd rahman al birr professor di kuliah usuluddin universiti al azhar bahawa tidak harus mengumpul niat puasa qadha wajib. Pertama al qur an kedua sunnah ketiga ijma dan keempat qiyas.
Kalangan malikiyah berpendapat batal puasa sedangkan mayoritas ulama berpendapat tidak batal.
Yang tampak puasanya tidak batal karena seorang hamba dalam hal itu berada di luar kehendaknya maksudnya sesuatu yang ada dalam lintasan pikiran yang tidak mungkin untuk ditolaknya. Maka kita katakan adanya syahwat tidak cukup untuk menghukumi batalnya puasa seseorang sebagaimana yang akan datang bahwa orang yang mencium istrinya karena syahwat tidaklah membatalkan puasanya. 003 al aslu fi al dhimmah al baraah min at takalif wa al huquq. Dan keempat dalil hukum islam ini juga telah disepakati urutan hirarkisnya yakni.
